Tuesday, 13 November 2007

resensi buku

Resensi Buku

Judul Buku : Membangun Visi Bersama: Aspek-Aspek Penting dalam Pendidikan

Penulis : Isjoni

Penerbit : Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Edisi : 2006

Tebal :163

Elemen-Elemen Penting dalam Reformasi Pendidikan

Pendikan sebagai proses pembudayaan tidak terlepas dari tuntutan-tuntutan hidup bersama masayarakat yang berbudaya. Meminjam penadapat HAR Tilaar, desentralisassi pendidikan mempunyai dua tuntutan, yaitu akuntabilitas horizontal, artinya skuntabilitas terhadap masyarakat sebagai pemiliknya, dan akuntabilitas vertiikal di dalam hidup bersama sebagai satu bangsa, maka pendidikan juga mempunyai fungsi di dalam pengembangan bangsa Indonesia.

Menurut Isjoni, dua hal pokok ini merupakan implementasi desentralisasi pendidikan. Pertama, Manajemen berbasis Sekolah (School Based Management). Konsep ini secara hakiki adalah pemberian otonomi kepada sekolah dalam meyelenggrakan kegiatan pendidikan. Dalam hal ini sekolah wajib memberdayakan atau melibatkan peran serta atau partisipasi masayarakat dalam pengelolaan rumah tangga sekolah dengan tetap mengacu pada kerangka kebijakan nasional. MBS dilaksaanakan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya sesuai dengan prioritas kebutuhan dn tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Otonomi sekolah selama ini, jelas Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ini, belum diberikan kepada pengelola sekolah beserta aparatnya. Hasil survey Bank Dunia menyimpulkan bahwa (1) kepala sekolah tidak memiliki kewenangan yang cukup dalam mengelola keuangan sekolah yang dipimpinnya; (2) kemampuan manejemen kepala sekolah pada umumnya masih rendah; (3) pola anggaran tidak memungkinkan bagi guru yang berprestasi baik untuk memperoleh insentif; dan (4) peran serta masyarakat sangat kecil dalam pengelolaan sekolah. Konsep MBS diharpakan dapat lebih leluasa dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki serta makin bersemangat dalam membuat langkah-langkah inovasi.

Efesiansi, transparansi dan akuntabilitas menjadi pegangan penting dalam penyelenggaraan MBS. Sejalan dengan itu, pada tingkat sekolah dibentuk suatu komite ayng disebut Komite Sekolah atau Dewan Sewkolah. Keanggotaan Komite Sekolah atau Dewan Sekolah terdiri dari para tokoh masyarakat atau wakil dari lembaga swadaya-masyarakat (LSM) dan lembaga social kemasyarakatan (LSK) lainnya yang bergerak dan berminat dalam bidang pendidikan.

Kedua, Pendidikan Berbasis Masyarakat (Community Based Education). Selama ini masyarakat memilki potensi besar untuk menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan setempat dengan mengandalkan kekuatan dan sumberdaya yang digali dari masyarakat. Dalam khazanah bangsa kita, sudah sejak lama berkembang lembaga-lembaga “tradisonal”, seperti pesantren yang menggunakan prinsip ini. Lembaga-lembaga seperti itu tumbuh dan berkembang secara mandiri, tanpa banyak ukuran tangan pemerintah.

Pada umumnya lembaga tradisional tersebut memang sangat lemah dengan jumlah siswa yang terbatas. Tetapi dewasa ini sudah mulai banyak yang berkembang pesat dan “modern”. Sumber daya yang perlakukan digali dan dikembangkan dari potensi lokal dengan melibatkab peran serta masyarakat sekitar secara lebih nyata. Aktivitasnyapun berkembang tidak hanya berupa kegiatan pendidikan, tetapi juga kegiatan ekonomi produktif.

Dari hasil kegiatan ekonomi yang produktif itulah kebutuhan dana pendidikan dipenuhi. Yang menarik adalah para siswa dilibatkan dalam kegiatan ekonomi, sehingga mereka tidak hanya menuntut ilmu, tetapi juga memperoleh keterampilan yang dapat digunakan sebagai bekal untuk menjalani kehidupan setelah tamat nanti. Konsep yang menjadi kekayaan social-budaya masyarakat kita sejak lama itu sangat sejalan dengan gagasan life skill.

Demikian sekilas ggagasan ide-ide cerdas yang dikupas dalam buku ini. Selamat membaca.

No comments: